Profil Sejarah I Fatimah Daeng Takontu Karaeng Campagaya, Garuda Betina Dari Timur
"16 September 1659; Na anak Daengta Daeng Takontu Fatimah". Artinya: Telah lahir seorang anak bernama Daengta Daeng Takontu,Fatimah. Seperti itulah salah satu tulisan yang tercatat pada Lontara bilang Gowa-Tallo, sebuah catatan harian di Kerajaan Gowa dimasa lampau.
I Fatimah Daeng Takontu, Lahir pada 16 September 1659 dari ayahanda I Mallombassi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape Sultan Hasanuddin Raja Gowa ke-16 dengan ibunda I Daeng Talele (putri dari Karaeng Sanrobone).
Nama Islamnya I Fatimah, nama Makassarnya I Daeng Takontu, gelar Karaeng bernama Karaeng Campagaya.
Sosok I Fatimah Daeng Takontu dideskripsikan sebagai Garuda Betina dari Timur oleh VOC, aksi heroiknya sebagai perempuan sangat berjasa mendongkel pengaruh VOC di beberapa kesultanan di Nusantara kala itu.
I Fatimah Daeng Takontu disebut sangat dekat dengan ayahnya, Sultan Hasanuddin. Sejak kecil, sang ayah sudah mengajarinya ilmu bela diri.
Menginjak remaja, Fatimah telah diajarkan ilmu bertempur di laut. Ia juga sempat diamanahkan untuk memimpin armada laut Kesultanan Gowa.
Ia juga pawai mempelajari ilmu iklim. Tak heran, ia lebih banyak menghabiskan waktu di lautan. I Fatimah Daeng Takontu disebut berlayar dari Sulawesi, Jawa, hingga laut Banda.
Ia berlayar untuk menjaga batas wilayah kesultanannya. Sekaligus melakukan hubungan diplomasi dengan kesultanan Islam lainnya di Nusantara.
Pasca perjanjian Bungaya pada tahun 1668 yang menempatkan Kesultanan Gowa pada pihak yang dirugikan, I Fatimah Daeng Takontu hanya bisa menyaksikan ada sekitar 800 prajurit asal Gowa di bawah pimpinan Karaeng Bontomarannu berangkat ke Banten. Lalu disusul oleh Karaeng Galesong dengan membawa 20.000 prajurit.
I Fatimah Daeng Takontu bersama pasukan
perempuan asal Kesultanan Gowa yang disebut Bainea kemudian menyusul ke Pulau Jawa. Bainea adalah para janda yang ditinggal mati suaminya karena ikut berperang pada perang Makassar 1666-1668.
Kehadiran pasukan I Fatima Daeng Takontu disambut baik oleh Kesultanan Banten di bawah pimpinan Sultan Agung Tirtayasa. Mereka kemudian menyatukan kekuatan bersama pasukan dari putra Kesultanan Gowa lainnya yaitu Syekh Yusuf Al Makassary.
Dijelaskan dalam pertempuran tersebut, pasukan Bainea di bawah pimpinan I Fatimah Daeng Takontu mampu memukul mundur VOC hingga ke perbatasan. Sementara pasukan Karaeng Galesong dan Karaeng Bontomarannu memutuskan ke Jawa Timur untuk membantu perjuangan Trunojoyo.
Pada tahun 1693, VOC berhasil menangkap Syekh Yusuf. Ia diasingkan ke Srilanka dan Cape Town, Afrika. Melihat kondisi tersebut, I Fatimah Daeng Takontu kemudian memutuskan kembali berlayar pulang bersama pasukannya yang tersisa.
Ia semakin membenci VOC tatkala mendengar kabar Karaeng Galesong gugur di tangan Belanda. I Fatimah Daeng Takontu kemudian menjalin hubungan diplomatik dengan Kesultanan Mempawah di Kalimantan Barat untuk menyerang VOC.
Bersama pasukan Bainea yang tersisa, I Fatimah menyerang melalui laut. Kapal-kapal dagang VOC dihancurkannya. Hal tersebut membuat VOC marah, Sayembara bahkan dilakukan untuk menangkapnya.
Menurut sejarah, I Fatimah Daeng Takontu bertugas menjaga wilayah laut kerajaan Mempawah hingga akhir hayatnya. Pertempuran demi pertempuran melawan VOC masih berlangsung selepas itu, hingga sang Garuda Betina tutup usia di Mempawah.
"28 Januari 1729; namate Karaengta ri Campagaya umuruqna 73". Seperti inilah isi tulisan Lontara Bilang Gowa-Tallo, yang artinya "Telah Wafat Karaengta ri Campagaya, umurnya 73 tahun".
Demikian Profil sejarah singkat perjuangan I Fatimah Daeng Takontu Karaeng Campagaya, Garuda Betina dari Timur. Semoga menjadi suri tauladan bagi generasi di masa yang akan datang.
0 Response to "Profil Sejarah I Fatimah Daeng Takontu Karaeng Campagaya, Garuda Betina Dari Timur"
Post a Comment