Profil Lengkap I Mane'ne Karaeng Ballasari, Permaisuri Andi Mappanyukki Sultan Ibrahim

I Mane’ne adalah putri dari pasangan I Magguliga Andi Bangkung Karaeng Popo dengan I Nako Karaeng Panakkukang yang dilahirkan di Pandang-pandang, Sungguminasa, Gowa pada tahun 1902. I Magguliga Karaeng Popo adalah putra ketiga dari I Mallingkaang Karaeng Katangka Raja Gowa ke-33 atau bersaudara kandung dengan I Makkulau Daeng Serang Karaeng Lembang Parang Raja Gowa ke-34 dan I Mangimangi Daeng Matutu Karaeng Bontonompo Raja Gowa ke-35.

I mane'ne karaeng ballasari

I Nako adalah isteri ke-empat dari I Magguliga Karaeng Popo, I Nako Karaeng Panakkukang adalah putri dari I Mappatunru Karaeng Ribura’ne Anrong Guru Bontonompo ke-1, Mappatunru adalah anak dari I Kumala Daeng Parani Karaeng Lembang Parang Raja Gowa ke-32. I Mane’ne hanya dua bersaudara dari ibu I Nako Karaeng Panakkukang, yaitu I Tenri Dio Karaeng Muajang. Jumlah keseluruhan saudaranya 8 orang, termasuk I Patotori Petta Datu putra pertama Raja Bone ke-30 We Patima Banri, isteri pertama I Magguliga Karaeng Popo.

Setelah I Magguliga Karaeng Popo meninggal dunia tahun 1901 dan disusul ibunya I Nako Karaeng Panakkukang, I Mane’ne diambil dan tinggal bersama dengan I Cella We Tenripadang Arung Alitta, permaisuri I Makkulau Karaeng Lembang Parang dan tinggal di Istana Balla lompoa di Jongaya.

Setelah isteri I Mappanyukki yang bernama We Besse Petta Bulo (ibu Andi Abdullah Bau Massepe) dari Sidenreng meninggal dunia, ia berkeinginan untuk menikah lagi untuk dijadikan Permaisuri nya. Hal itu kemudian disampaikan kepada ibunya I Cella We Tenripadang Arung Alitta. Ibunya menyarankan kepada Mappanyukki, dan berkata “Itu saja Bese-besseku (I Mane’nne) untuk kamu peristerikan”. Saran dari ibunya itu disetujui oleh Mappanyukki.

I Mangimangi Karaeng Bontonompo yang menjadi wali I Mane’ne menanyakan kepada Mappanyukki mahar yang akan diberikan kepada I Mane’nne, dijawab oleh Mappanyukki, bahwa “Maharnya, adalah Gowa silollong bonena”, artinya Gowa beserta isinya. Hal itu ia sampaikan karena pada saat itu Kerajaan Gowa tidak mempunyai raja sejak Raja Gowa ke-34 I Makkulau Daeng Serang Karaeng Lembang Parang bersama putranya I Panguriseng Arung Alitta meninggal dunia (Gugur) dalam perang Gowa dengan Belanda tahun 1905-1906 yang kemudian orang Gowa memberi gelar anumerta “Karaeng Ilanga", yang artinya “Raja yang hilang”.

Disebutkan “Karaeng Ilanga” karena jenazah I Makkulau Karaeng Lembang Parang yang ada dalam  peti mayat yang diantar ke Ballalompoa Jongaya oleh Pemerintah Belanda di Makassar, dilarang  untuk dibuka, sehingga ada keraguan atas isi peti jenazah itu. Namun peti jenazah itu tetap dikebumikan di dalam kompleks Masjid Mohammadan di Jongaya atau Masjid Babul Firdaus sekarang yang dibangun oleh orang tuanya yaitu I Mallingkaang Karaeng Katangka Raja Gowa ke-33. Dengan demikian,  Andi Mappanyukki pada saai itu merupakan pewaris tahta Kerajaan Gowa. 

Setelah perkawinan selesai, maka I Mane’ne diberi gelar “Karaeng Ballasari” dan menetap di Kampung Jongaya. Sewaktu Andi Mappanyukki dilantik menjadi Raja Bone ke-32 dengan gelar Sultan Ibrahim pada 12 April 1931, I Mane’ne Karaeng Ballasari menjadi permaisuri Kerajaan Bone, dan mendampingi terus baik sewaktu di Bone maupun di Jongaya (Gowa).

Di Watampone, I Mane’ne Karaeng Ballasari melahirkan anak ketiga tahun 1931 yang diberi nama Andi Bau Cella. Anak pertama dan kedua Andi Mane’ne Karaeng Ballasari adalah Andi Bau Tenripadang dan Andi Bau Tenriawaru.

Pada tahun 1934 dibangunlah sebuah rumah di depan rumah yang ditempati Andi Mappanyukki di Jongaya yang ditempati bersama dengan permaisurinya I Mane’ne Karaeng Ballasari serta anak-anak dan keluarga lainnya termasuk anak dari I Panguriseng yaitu Karaeng Pasi dan Karaeng Lakiung.

Setelah Andi Mappanyukki diangkat menjadi Kepala Bupati Bone pada tanggal 1 Februari 1957, dalam tahun itu juga Andi Mappanyukki melaksanakan ibadah haji dengan membawa serta permaisurinya Andi Mane’ne Karaeng Ballasari, serta anaknya Andi Bau Tenriawaru Datu Bau, Andi Cella Bau Datu, Andi Bau Parenrengi Datu Lolo termasuk pengiring dari masing-masing anaknya. Jumlah keseluruhan rombongan ada 18 orang. Selanjutnya Ballalompoa Jongaya juga di renovasi dengan membangun beberapa ruang dan kamar dikolong rumah Balla lompoa jongaya.

Haji Andi Mappanyukki menjabat sebagai Bupati Bone selama 3 tahun, dan pada 21 Mei 1960 memasuki masa pensiun. Sesudah itu, ia bersama seluruh keluarganya di Saoraja Bone pindah ke rumahnya (Balla lompoa) di Jongaya. Di rumah inilah ia mengisi waktunya dengan membangun kolam ikan dan taman disekitarnya, sehingga kampung ini disebut Kampung Taman.

Baca juga : Biografi lengkap Andi Mappanyukki Raja Bone ke-32 atau lihat artikel sejarah lainnya di Daftar Isi

Pada akhir tahun 1962 dilaksanakan pekan olahraga yang disebut sebagai "Ganefo" yang di prakarsai oleh Presiden Sukarno yang diadakan di Jakarta dari tanggal 10 sampai 22 Novemver 1963. Andi Mappanyukki bersama permaisurinya I Mane’ne Karaeng Ballasari juga akan menyaksikan acara itu, sehingga ia menyampaikan hal itu kepada anak-anaknya yang akan ikut. saat itu Andi Bau Sawa tidak mau ikut dan bahkan melarang kepada orang tuanya untuk berangkat.

Sebelum pembukaan acara olahraga itu, H. Andi Mappanyukki bersama Hj. Andi Mane’ne Karaeng Ballasari dan rombongannya berangkat ke Jakarta dan menginap disalah satu hotel yang berdekatan dengan Gelanggang Olahraga Bung Karno. 

Hj. Andi Mane’ne Karaeng Ballasari yang sedang istirahat di hotel mendapat serangan jantung, sampai ia meninggal dunia di tempat itu. Jenazah Hj. Andi Mane’ne Karaeng Ballasari kemudian diantar ke Makassar dengan pesawat terbang, dan tiba pada hari itu juga di Balla lompoa Jongaya. Jenazahnya kemudian dikebumikan dalam kompleks Masjid Babul Firdaus, di Jalan Kumala, Jongaya, Kabupaten Gowa (saat itu).

Hj. Andi Mane’ne Karaeng Ballasari meninggalkan tiga putri dan tiga putra, yaitu:

1. Hj. Andi Bau Tenripadang Opu Datu.

2. Hj. Andi Bau Tenriawaru Datu Bau.

3. Hj. Andi Bau Cella Bone Bau Datu.

4. H. Andi Bau Parenrengi Datu Lolo.

5. Datu Bau To Appo.

6. Datu Bau Sawa.


(Sumber : Muhammad Nur Kasim, Penyunting : InfoSejarahCelebes)

0 Response to "Profil Lengkap I Mane'ne Karaeng Ballasari, Permaisuri Andi Mappanyukki Sultan Ibrahim"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel