Sejarah Parigi di Kerajaan Gowa

Butta Turaya yang kemudian dikenal dengan Parigi, resmi berada di bawah Pemerintahan Kerajaan Gowa pada masa pemerintahan Raja Gowa ke 32, I Kumala Karaeng Lembang Parang Sultan Abdul Qadir Muhammad Aidid Tu Menanga ri Kakoasanna (1826-1893).

Raja Gowa ke 32 tersebut lalu menugaskan Lo'moka ri Gowa yang bernama I Manna Daeng Nojeng yang berkedudukan di Tidung untuk memimpin Pemerintahan di Butta Turaya (Parigi), di samping tugasnya yang juga memimpin Pemerintahan di Tompobulu dan Kindang.

Rumah pejabat di Parigi, tahun 1900-1920

Pada Masa Pemerintahan I Manna Daeng Nojeng, dibentuk pula Pemerintahan bawahan yang terdiri dari kelompok adat yang kemudian menjadi Kompleks Kampung, yakni : Jonjo, Longka, Sironjong, Manimbahoi, Buluttana dan Gantarang. Kepala Kelompok Adat bergelar Karaeng, kecuali Jonjo yang bergelar Anrong Guru.

Pada tahun 1857, Sombaya RI Gowa mengangkat I Baso Daeng Ngago (anak I Manna Daeng Nojeng) untuk menggantikan ayahandanya. I Baso Daeng Ngago di beri gelar sebagai Anrong Guru to Lembang, dan Pusat pemerintahan Anrong Guru to Lembang berkedudukan di Jonjo. Pada saat pemerintahan Anrong Guru to Lembang ini maka nama Parigi sudah mulai di gunakan menggantikan nama Butta Turaya. I Baso Daeng Ngago memimpin pemerintahan di Butta Turaya (Parigi) selama 38 tahun, yaitu sampai tahun 1895.

Pada saat Raja Gowa ke 34 I Makkulau Daeng Serang Karaeng Lembang Parang sedang berperang melawan pemerintah kolonial Belanda, yang pada akhirnya gugur pada tahun 1906 dengan gelar anumerta Tu Menanga ri Bundu'na, maka praktis Kerajaan Gowa saat itu sudah dikuasai secara de jure dan fe facto oleh Belanda, yang oleh orang Gowa menyebut "RUNTUNGMI GOWA".

Tahun 1910 Pemerintah Kolonial Belanda resmi menempatkan pejabat berkebangsaan Belanda di Gowa dengan gelar Controleur yang oleh penduduk setempat menyebutnya sebagai Petoro’ dan berkedudukan di Sungguminasa. 

Pemerintah Kolonial Belanda pada saat itu pula membentuk 12 Distrik dari wilayah administratif Gowa, dan satu diantara 12 Distrik tersebut adalah Distrik Parigi.

Dan para kepala Distrik Parigi yang resmi dilantik pada masa tersebut hingga sekarang adalah sebagai berikut :

1. I Rahing Daeng Ngalle (orang Mandalle Distrik Limbung), menjabat tahun 1910 sampai 1920.

2. I Basenang Daeng Talle (anak Baso Daeng Ngago Anrong Guru to Lembang), menjabat tahun 1920 sampai 1927 dan meletakkan jabatannya dengan alasan lanjut usia.

3. Syamsuddin Daeng La'lang (anak I Kaneng Daeng Manye' Karaeng Manuju & anak mantu Ibasineng Daeng Talle), menjabat tahun 1927 sampai 1940.

4. I Mappatangka Daeng Rani (anak dari I Basenang Daeng Talle & adik ipar dari Syamsuddin Daeng La'lang), Menjabat pada tahun 1940 sampai beliau gugur pada tahun 1946 karena di eksekusi oleh pasukan Westerling setelah beliau memimpin penyerangan ke kubu pertahanan tentara Belanda di Malino pada tanggal 18 Desember 1946.

5. I Culing Daeng Raga, menjabat tahun 1947 sampai tahun 1950.

6. Haji Abdul Rauf Daeng Nompo, menjabat tahun 1951 hingga wafat pada tahun 2020.

7. Syafruddin Ardan Patta Siala, menjabat dari tahun 2020 sampai sekarang.

Demikianlah sejarah Parigi hingga masuk dalam bagian Kerajaan Gowa beserta nama-nama yang telah memimpin Parigi sejak dulu hingga sekarang, semoga dapat di ketahui oleh generasi sekarang dan di masa yang akan datang.

0 Response to "Sejarah Parigi di Kerajaan Gowa"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel