Sejarah Somba Opu, Kota Internasional di Abad ke 16
Kota Somba Opu pada masa itu menjadi salah satu kota pusat industri yang sangat penting di Dunia. Beberapa catatan tentang kota Somba Opu atau Makassar (Gowa), menyebutkan kala itu di Somba Opu negeri yang sangat indah yang warganya merupakan masyarakat yang industrialis. Sebagaimana kesan yang dituliskan oleh Paulus van Solts, dalam kunjungannya ke Makassar tahun 1607.
Pada era itu, di Makassar telah berdiri berbagai jenis bangunan industri perkapalan, properti perumahan berbahan kayu keras sejenis ebony, kota yang dikelilingi konstruksi benteng-benteng dan pelabuhan, agroindustri seperti food estate (negara pangan) pengolahan bahan baku, peternakan, pertanian, gudang-gudang maupun kantor-kantor perwakilan dagang bangsa-bangsa asing seperti Portugis, Inggris, Perancis, Arab, India dan Melayu.
Beberapa jenis produk ekspor yang dihasilkan pabrik-pabrik di Makassar diantaranya adalah peralatan militer (senjata laras panjang dan bubuk mesiu, saltphire atau potasium nitrate), produk tekstil (sejenis pakaian salassa khas Muslim Moors India), pewarna pakaian, dan lilin (wax).
Pencetakan koin logam dan berbagai produk asesoris berbasis logam pun tercatat pernah ada di Makassar Selain itu agroindustri berbasis produk beras, lada, pala dan wangi-wangian serta beberapa kerajinan kayu bahkan diproduksi dan diekspor ke Malaka, Sulu Filipina, Pattaya Siam (sekarang Thailand), yang tercatat telah ada sebelum abad ke-15.
Dalam konteks modern, suatu kota industri akan tampak ketika terdapat infrastruktur produksi, ada pembagian tenaga kerja berdasarkan keahlian yang terspesialisasi menurut jenis produk dan olahan misalnya agroindustri, pengecoran logam, pengolahan material konstruksi dan industri properti, dan teknologi transportasi. Termasuk diantaranya adalah ketersediaan infrastruktur pelabuhan dan penataan wilayah kota (planologi). Yang berbasis pada pemisahan yang tegas antara kawasan pemukiman, industri, serta pusat bisnis dan administrasi pemerintahan.
Semua parameter kota industri tersebut, berdasarkan dokumen dan situs sejarah, menunjukkan Somba Opu telah memenuhi syarat disebut sebagai kota industri. Kesimpulan ini, terinspirasi dan dikaji dari pendapat dan penilaian beberapa orang bangsa Eropa yang berkunjung pada dekade pertama hingga pertengahan 1657. Diantaranya adalah Wybranf van Warwijck, Admiral Matelief, dan Paulus van Solft.
Dengan tanpa mengacaukan makna istilah industri dengan pengklasifikasian zaman berdasarkan revolusi industri ala penemuan mesin uap oleh James Watt, yang diketahui terjadi beberapa ratus tahun pasca era Karaeng Pattingalloang. Warga Kota yang Multirasial Persentuhan rakyat Gowa-Tallo dengan berbagai bangsa di dunia bukan hanya karena interaksi perdagangan melalui maritim ala pelabuhan internasional semata. Atau sebagai tempat persinggahan sementara kapal-kapal dagang bangsa-bangsa dari berbagai wilayah, tetapi lebih intensif lagi sebagai kota pusat industri dan produksi yang mengharuskan bangsa- 16 bangsa asing datang dan menetap dalam jangka waktu lama.
Sebagai kota yang penghuninya multirasial, dan menetapkan kebijakan yang terbuka, secara langsung menjadikan kota Somba Opu tumbuh menjadi kota internasional yang penduduknya berasal dari berbagai suku bangsa di dunia. Selain itu perpindahan warga Portugis ke Makassar, pasca kekalahan Portugis dan kejatuhan Malaka ke tangan Belanda tahun 1641 semakin memperkuat kota sebagai pemukiman yang nyaman bagi bangsa asing.
Selain interaksi dengan warga dan pemerintahan Kerajaan Gowa-Tallo, Bangsa Eropa pun menjadikan Somba Opu sebagai salah satu kota penting dan strategis karena menetapkan kebijakan yang bersikap netral dalam posisi politik dan perdagangan internasional. Lebih jauh, bahkan memberikan ruang dan tempat bagi proses penyelesaian pertikaian dan perang antarbangsa Eropa sendiri, Termasuk perang antara Portugis dan Kerajaan Belanda.
Meskipun hubungan Kerajaan Gowa dan Belanda pada masa itu tidak pernah harmonis, akibat persaingan dan hegemoni militer Gowa-Tallo dalam penguasaan jalur perdagangan dan penguasaan lahan produksi rempah-rempah di wilayah Nusantara. Penetapan kota Somba Opu sebagai lokasi ideal pertukaran tawanan perang antara pemerintah Kerajaan Belanda dan Portugis sebagaimana dicatat dalam misi perjalanan Seyger van Rechttereen bersama duta besar Belanda pada bulan Maret tahun 1632, menegaskan sikap netral tersebut.
Baca Juga :
Hal ini sekaligus membuktikan bahwa Somba Opu, adalah salah satu kota internasional penting yang memiliki posisi strategis dalam jalur produksi, perdagangan ekspor impor dan politik antar bangsa di dunia. Selain itu Rechteeren menambahkan, Makassar sebagai tempat yang ideal bagi misi itu karena terdapat banyak orang-orang Denmark, Inggris dan Portugis yang tinggal dan mengelola pabrik-pabrik sejak abad ke 16.
Lukisan tempo dulu "Bandar Niaga Somba Opu Gowa Makassar" |
Pada era itu, di Makassar telah berdiri berbagai jenis bangunan industri perkapalan, properti perumahan berbahan kayu keras sejenis ebony, kota yang dikelilingi konstruksi benteng-benteng dan pelabuhan, agroindustri seperti food estate (negara pangan) pengolahan bahan baku, peternakan, pertanian, gudang-gudang maupun kantor-kantor perwakilan dagang bangsa-bangsa asing seperti Portugis, Inggris, Perancis, Arab, India dan Melayu.
Beberapa jenis produk ekspor yang dihasilkan pabrik-pabrik di Makassar diantaranya adalah peralatan militer (senjata laras panjang dan bubuk mesiu, saltphire atau potasium nitrate), produk tekstil (sejenis pakaian salassa khas Muslim Moors India), pewarna pakaian, dan lilin (wax).
Pencetakan koin logam dan berbagai produk asesoris berbasis logam pun tercatat pernah ada di Makassar Selain itu agroindustri berbasis produk beras, lada, pala dan wangi-wangian serta beberapa kerajinan kayu bahkan diproduksi dan diekspor ke Malaka, Sulu Filipina, Pattaya Siam (sekarang Thailand), yang tercatat telah ada sebelum abad ke-15.
Dalam konteks modern, suatu kota industri akan tampak ketika terdapat infrastruktur produksi, ada pembagian tenaga kerja berdasarkan keahlian yang terspesialisasi menurut jenis produk dan olahan misalnya agroindustri, pengecoran logam, pengolahan material konstruksi dan industri properti, dan teknologi transportasi. Termasuk diantaranya adalah ketersediaan infrastruktur pelabuhan dan penataan wilayah kota (planologi). Yang berbasis pada pemisahan yang tegas antara kawasan pemukiman, industri, serta pusat bisnis dan administrasi pemerintahan.
Semua parameter kota industri tersebut, berdasarkan dokumen dan situs sejarah, menunjukkan Somba Opu telah memenuhi syarat disebut sebagai kota industri. Kesimpulan ini, terinspirasi dan dikaji dari pendapat dan penilaian beberapa orang bangsa Eropa yang berkunjung pada dekade pertama hingga pertengahan 1657. Diantaranya adalah Wybranf van Warwijck, Admiral Matelief, dan Paulus van Solft.
Dengan tanpa mengacaukan makna istilah industri dengan pengklasifikasian zaman berdasarkan revolusi industri ala penemuan mesin uap oleh James Watt, yang diketahui terjadi beberapa ratus tahun pasca era Karaeng Pattingalloang. Warga Kota yang Multirasial Persentuhan rakyat Gowa-Tallo dengan berbagai bangsa di dunia bukan hanya karena interaksi perdagangan melalui maritim ala pelabuhan internasional semata. Atau sebagai tempat persinggahan sementara kapal-kapal dagang bangsa-bangsa dari berbagai wilayah, tetapi lebih intensif lagi sebagai kota pusat industri dan produksi yang mengharuskan bangsa- 16 bangsa asing datang dan menetap dalam jangka waktu lama.
Sebagai kota yang penghuninya multirasial, dan menetapkan kebijakan yang terbuka, secara langsung menjadikan kota Somba Opu tumbuh menjadi kota internasional yang penduduknya berasal dari berbagai suku bangsa di dunia. Selain itu perpindahan warga Portugis ke Makassar, pasca kekalahan Portugis dan kejatuhan Malaka ke tangan Belanda tahun 1641 semakin memperkuat kota sebagai pemukiman yang nyaman bagi bangsa asing.
Selain interaksi dengan warga dan pemerintahan Kerajaan Gowa-Tallo, Bangsa Eropa pun menjadikan Somba Opu sebagai salah satu kota penting dan strategis karena menetapkan kebijakan yang bersikap netral dalam posisi politik dan perdagangan internasional. Lebih jauh, bahkan memberikan ruang dan tempat bagi proses penyelesaian pertikaian dan perang antarbangsa Eropa sendiri, Termasuk perang antara Portugis dan Kerajaan Belanda.
Meskipun hubungan Kerajaan Gowa dan Belanda pada masa itu tidak pernah harmonis, akibat persaingan dan hegemoni militer Gowa-Tallo dalam penguasaan jalur perdagangan dan penguasaan lahan produksi rempah-rempah di wilayah Nusantara. Penetapan kota Somba Opu sebagai lokasi ideal pertukaran tawanan perang antara pemerintah Kerajaan Belanda dan Portugis sebagaimana dicatat dalam misi perjalanan Seyger van Rechttereen bersama duta besar Belanda pada bulan Maret tahun 1632, menegaskan sikap netral tersebut.
Baca Juga :
- Sejarah Lakipadada dan Pusaka Sudanga
- Atau lihat semua Artikel di Daftar Isi
Hal ini sekaligus membuktikan bahwa Somba Opu, adalah salah satu kota internasional penting yang memiliki posisi strategis dalam jalur produksi, perdagangan ekspor impor dan politik antar bangsa di dunia. Selain itu Rechteeren menambahkan, Makassar sebagai tempat yang ideal bagi misi itu karena terdapat banyak orang-orang Denmark, Inggris dan Portugis yang tinggal dan mengelola pabrik-pabrik sejak abad ke 16.
0 Response to "Sejarah Somba Opu, Kota Internasional di Abad ke 16"
Post a Comment