Profil Sejarah I Mammuntuli Karaeng Rombo Anrongguru Bontonompo Ke-5
I Mammuntuli Karaeng Rombo Anrongguru Bontonompo ke-5 adalah keturunan ke-3 dari Kare Yuseng Daeng Mallingkai Karaeng Bontonompo yang Gugur dalam memimpin perang Mangngasa (Bunduka ri Mangasaya) pada tahun 1868, dimana perang mangasa itu terjadi berawal dari perbuatan Sombaya ri Gowa (Raja Gowa) yang Bernama I Kumala Karaeng Lembang Parang Sultan Abdul Kadir Mohammad Aidid (1826-1893) yang saat itu lebih mementingkan kebijakan pemerintahannya kepada kolonial Belanda di banding kesejahteraan rakyat Gowa.
Sehingga Kare Yuseng Daeng Mallingkai Karaeng Bontonompo memimpin rakyat Bontonompo dan beberapa Gallarrang di Gowa di antaranya adalah I Calla Karaeng Borong (Regent van Tanralili / putera Karaengta Data), Gallarrang Mangasa I Mannye'reang Daeng Parani, dan Gallarrang Songkolo’ I Garancing Daeng Ma’lala untuk melawan Sombaya dan Belanda sebagai bentuk protes akan keberpihakan Sombaya kepada kolonial Belanda. Perang Mangngasa (Bunduka ri Mangasaya) berlangsung selama 40 hari, dan perang ini pun berakhir setelah Sombaya meminta bantuan kepada Belanda untuk melumpuhkan Kare Yuseng Daeng Mallingkai Karaeng Bontonompo. Setelah di lumpuhkan dengan peluru emas, Kare Yuseng Daeng Mallingkai pun di tangkap dan di hukum pancung kemudian para gallarrang yang terlibat di dalamnya pun semuanya berhasil di tangkap dan di penjarakan.
Setelah kematian Kare Yuseng Daeng Mallingkai Karaeng Bontonompo, maka Gelar pemimpin pemerintahan di bontonompo yaitu “Kare ri Bontonompo” di rubah menjadi gelar “Anrongguru Bontonompo” sebagai tanda traumatis Kerajaan Gowa saat itu akan pengaruh perlawanan Kare Yuseng Daeng Mallingkai melawan Sombaya ri Gowa yang tidak lain adalah keluarganya sendiri sebagai "Bate Anak Karaeng Kerajaan Gowa" berdasarkan hasil perkawinan Daeng Matanre Karaeng Tumapa’risi Kallonna Raja Gowa ke-9 dengan perempuan asli Bontonompo sekitar tahun 1520 melalui jalur perkawinan untuk menaklukkan Kerajaan Bontonompo agar masuk kedalam wilayah kekuasaan Kerajaan Gowa.
I Mammuntuli Karaeng Rombo Anrongguru Bontonompo ke-5 memerintah di Bontonompo selama 16 tahun yaitu dimulai pada tahun 1911 sampai tahun 1927, Ayahnya bernama I Mannarai Karaeng Mangemba Anrongguru Bontonompo ke-3 dan Ibunya bernama I Djelo Daeng Te’ne. Anrongguru Mammuntuli bersaudara kandung dengan I Maddatuang Daeng Tawang Karaeng Imang Bontonompo (Imam Bontonompo), dimana kedua putera ini harus kehilangan Ayahnya pada umur 7 tahun. Ayahnya yang bernama I Mannarai Karaeng Ngemba Anrongguru Bontonompo ke-3 di nyatakan wafat secara misterius ketika selesai melaksanakan tugas dari Sombaya ri Gowa untuk melakukan "Tirak Butta" yaitu membuat tapal batas antara Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone, sehingga setelah wafat nya yang misterius itu Anrongguru Mannarai pun di beri gelar “Mattonrang Gowa, Karaengta Ilanga ri Gantarang Matinggi”.
I Mammuntuli Karaeng Rombo Anrongguru Bontonompo ke-5 memiliki dua orang Istri, yang pertama bernama I Patiama Daeng Tinggong (sepupu dari Anrongguru Mammuntuli) dan yang kedua bernama Halijah Daeng Te’ne (Anak dari I Launru' Karaeng Nojeng Karaeng Panritaya ri Palemba). Dari perkawinanannya dengan I Patiama Daeng Tinggong melahirkan 5 orang anak yaitu : Halijah Karaeng Ngasi, I Kuasa Karaeng Sunggu, Patta Karaeng Mile, Mamma’ Karaeng Kampo, dan Rangga Karaeng Liwang. Kemudian dari perkawinannya dengan Halijah Daeng Te’ne melahirkan 3 orang anak yaitu : Mo’mina Karaeng Lino, Hj.Sahawiah Karaeng Patta, dan Patahuddin Karaeng Magassing.
Berikut Keturunan (cucu) I Mammuntuli Karaeng Rombo Anrongguru Bontonompo :
Baca juga :
I Mammuntuli Karaeng Rombo Anrongguru Bontonompo ke-5 wafat di Borongtala sekitar tahun 1964, dan di makam kan di Desa Borongtala kelurahan Tamallayang kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa di Pekuburan Keluarga yang tepatnya berada di belakang rumah kediaman anaknya yang bernama Mamma’ Karaeng Kampo yang kini di tempati oleh Hj.Nurbiati Daeng Take’nang.
Sehingga Kare Yuseng Daeng Mallingkai Karaeng Bontonompo memimpin rakyat Bontonompo dan beberapa Gallarrang di Gowa di antaranya adalah I Calla Karaeng Borong (Regent van Tanralili / putera Karaengta Data), Gallarrang Mangasa I Mannye'reang Daeng Parani, dan Gallarrang Songkolo’ I Garancing Daeng Ma’lala untuk melawan Sombaya dan Belanda sebagai bentuk protes akan keberpihakan Sombaya kepada kolonial Belanda. Perang Mangngasa (Bunduka ri Mangasaya) berlangsung selama 40 hari, dan perang ini pun berakhir setelah Sombaya meminta bantuan kepada Belanda untuk melumpuhkan Kare Yuseng Daeng Mallingkai Karaeng Bontonompo. Setelah di lumpuhkan dengan peluru emas, Kare Yuseng Daeng Mallingkai pun di tangkap dan di hukum pancung kemudian para gallarrang yang terlibat di dalamnya pun semuanya berhasil di tangkap dan di penjarakan.
Setelah kematian Kare Yuseng Daeng Mallingkai Karaeng Bontonompo, maka Gelar pemimpin pemerintahan di bontonompo yaitu “Kare ri Bontonompo” di rubah menjadi gelar “Anrongguru Bontonompo” sebagai tanda traumatis Kerajaan Gowa saat itu akan pengaruh perlawanan Kare Yuseng Daeng Mallingkai melawan Sombaya ri Gowa yang tidak lain adalah keluarganya sendiri sebagai "Bate Anak Karaeng Kerajaan Gowa" berdasarkan hasil perkawinan Daeng Matanre Karaeng Tumapa’risi Kallonna Raja Gowa ke-9 dengan perempuan asli Bontonompo sekitar tahun 1520 melalui jalur perkawinan untuk menaklukkan Kerajaan Bontonompo agar masuk kedalam wilayah kekuasaan Kerajaan Gowa.
Foto: I Mammuntuli Karaeng Rombo Anrongguru Bontonompo ke-5 |
I Mammuntuli Karaeng Rombo Anrongguru Bontonompo ke-5 memerintah di Bontonompo selama 16 tahun yaitu dimulai pada tahun 1911 sampai tahun 1927, Ayahnya bernama I Mannarai Karaeng Mangemba Anrongguru Bontonompo ke-3 dan Ibunya bernama I Djelo Daeng Te’ne. Anrongguru Mammuntuli bersaudara kandung dengan I Maddatuang Daeng Tawang Karaeng Imang Bontonompo (Imam Bontonompo), dimana kedua putera ini harus kehilangan Ayahnya pada umur 7 tahun. Ayahnya yang bernama I Mannarai Karaeng Ngemba Anrongguru Bontonompo ke-3 di nyatakan wafat secara misterius ketika selesai melaksanakan tugas dari Sombaya ri Gowa untuk melakukan "Tirak Butta" yaitu membuat tapal batas antara Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone, sehingga setelah wafat nya yang misterius itu Anrongguru Mannarai pun di beri gelar “Mattonrang Gowa, Karaengta Ilanga ri Gantarang Matinggi”.
I Mammuntuli Karaeng Rombo Anrongguru Bontonompo ke-5 memiliki dua orang Istri, yang pertama bernama I Patiama Daeng Tinggong (sepupu dari Anrongguru Mammuntuli) dan yang kedua bernama Halijah Daeng Te’ne (Anak dari I Launru' Karaeng Nojeng Karaeng Panritaya ri Palemba). Dari perkawinanannya dengan I Patiama Daeng Tinggong melahirkan 5 orang anak yaitu : Halijah Karaeng Ngasi, I Kuasa Karaeng Sunggu, Patta Karaeng Mile, Mamma’ Karaeng Kampo, dan Rangga Karaeng Liwang. Kemudian dari perkawinannya dengan Halijah Daeng Te’ne melahirkan 3 orang anak yaitu : Mo’mina Karaeng Lino, Hj.Sahawiah Karaeng Patta, dan Patahuddin Karaeng Magassing.
Berikut Keturunan (cucu) I Mammuntuli Karaeng Rombo Anrongguru Bontonompo :
- Anaknya yang bernama Halijah Karaeng Ngasi menikah dengan Campa Daeng Rewa yang kemudian mempunyai 3 orang anak (Cucu Anrongguru Mammuntuli) yaitu : Hatifa Daeng Sugi, Halira Daeng Kontu, dan Manrurungi Daeng Bantang.
- Anaknya yang bernama Kuasa Karaeng Sunggu, tidak menikah dan tidak mempunyai keturunan.
- Anaknya yang bernama Patta Karaeng Mile memiliki 3 orang istri, Istri pertama bernama I Patimasang melahirkan 3 orang anak (Cucu Anrongguru Mammuntuli) yaitu : Patimollah Daeng Jinne, Haerapa Daeng Jime, dan Jaenah Daeng Mawara’. Istri kedua bernama Basse Daeng Caya melahirkan 7 orang anak (Cucu Anrongguru Mammuntuli) yaitu : Mappalemba Daeng Se’re, H.M.Idris Patta Daeng Tobo, Ratnawati Daeng Tinggong, H.Mappagio Daeng Tojeng, Kasmawati Daeng Jimo, Maddatuang Daeng Tawang, dan Rahmatia Daeng Baji. Istri yang ketiga bernama Masurung Daeng Nginga’ tapi tidak mempunyai anak.
- Anaknya yang bernama Mamma’ Karaeng Kampo memiliki 2 orang istri, Istri pertama bernama I Deri Daeng Sambara tapi tidak mempunyai Anak. kemudian Istri kedua bernama Lawisa Daeng Ngugi melahirkan 8 orang anak (Cucu Anrongguru Mammuntuli) yaitu : Sahalang Daeng Ngona, H.Mannarai Daeng Ngemba, H.Manruppai Daeng Kio, Sahara Daeng Ngangki, Hj.Nurbiati Daeng Take’nang, M.Yusuf Daeng Ngempo, I Mappasosong, dan Hj.Rosmiati Daeng Tajammeng.
- Anaknya yang bernama Rangga Karaeng Liwang menikah dengan Hj.Bimbi Daeng Taco yang kemudian mempunyai 8 orang anak (Cucu Anrongguru Mammuntuli) yaitu : Jelohati Daeng Te’ne, Rahman Daeng Rani, Tampasera Daeng Sangnging, Mapparenta Daeng Tutu, Hj.Kasmawati Daeng Ngati, Halima Daeng Bau, Hj.Sikina Daeng Kenna, dan Hj.Sitti Asmah Daeng Ratang.
- Anaknya yang bernama Mo’mina Karaeng Lino, tidak menikah dan tidak mempunyai keturunan.
- Anaknya yang bernama Hj.Sahawiah Karaeng Patta menikah dengan Hanafie Karaeng Lallo (Anak dari Lahiri Karaeng Nanring Gallarrang Manuju) yang kemudian mempunyai 5 orang anak (Cucu Anrongguru Mammuntuli) yaitu : Fachruddin Hanafie Daeng Dato, Brigjend TNI Hasanuddin Hanafie Daeng Tinri, Hj.Khalwatiyah Hanafie Daeng Nutta, Salwatiyah Hanafie Daeng Takunjung, dan Syafruddin Hanafie Daeng Ngunjung.
- Anaknya yang bernama Patahuddin Karaeng Gassing, meninggal di umur 8 tahun sehingga tidak mempunyai keturunan.
Baca juga :
- Sejarah Kerajaan Bontonompo dan Struktur Pemerintahannya
- Atau lihat semua Artikel di Daftar Isi
I Mammuntuli Karaeng Rombo Anrongguru Bontonompo ke-5 wafat di Borongtala sekitar tahun 1964, dan di makam kan di Desa Borongtala kelurahan Tamallayang kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa di Pekuburan Keluarga yang tepatnya berada di belakang rumah kediaman anaknya yang bernama Mamma’ Karaeng Kampo yang kini di tempati oleh Hj.Nurbiati Daeng Take’nang.
Sumber/Data : Citra Mahardhika Karaeng Se're (Humas Lembaga Adat Kare I Yuseng Daeng Mallingkai ri Bontonompo, Kepala Bidang Kerohanian Lembaga Pemerhati Pusaka Adat dan Kebudayaan Makassar, Kepala Bidang Seni Sosial & Budaya Garda Nusantara DPC Gowa, Dewan Adat Kerajaan Gowa, Anggota Wija Arung Telluboccoe Gowa Bone Luwu)
Mari lestarikan sejarah
ReplyDeleteterima kasih atas komentarnya, ikuti blog ini dengan cara masuk ke halaman beranda (versi web) dan masukkan alamat email anda di bagian kotak SUBSCRIBE lalu di submit, agar anda selalu mendapat informasi di setiap kami memposting info sejarah. terima kasih :)
DeleteAlhamdulillah jadi tau sejarah
ReplyDeleteterima kasih atas komentarnya, support blog ini dengan cara "subscribe" masuk ke halaman beranda dan masukkan alamat email anda di bagian kotak submit, agar anda selalu mendapat info di setiap kami memposting informasi sejarah. terima kasih :)
DeleteSalam daeng cucu dari hj manruppai dg kio ��
ReplyDeleteSALAM.. terima kasih atas komentarnya, ikuti blog ini dengan cara masuk ke halaman beranda (versi web) dan masukkan alamat email anda di bagian kotak Subscribe lalu di submit, agar anda selalu mendapat informasi di setiap kami memposting info sejarah. terima kasih :)
DeleteMamma Daeng Kampo ( Kr Kampo) memiliki 2 istri yg istri pertama bernama Deri Dg Sambara tidak memiliki anak,istri ke 2 bernama lawisa Daeng Ngugi ini yg memiliki anak sebanyak 8 orang
ReplyDeleteTerima kasih atas koreksi nya, sudah kami review dan sudah kami susun kembali.
DeleteBangganya jadi keturunan beliau 🙏Alfatihah untuk Datoku.
ReplyDelete...
Salam dari keluarga yang di Buton 🙏
Yg dia pimpin cuma rakyat bontonompo para gallarang juga memimpin rakyatnya masing..
ReplyDelete