Sejarah Belopa Sebagai Ibukota Luwu

Sejak awal Belopa adalah bagian dari wilayah kerajaan Luwu yang berpusat di Ussu sebagai pusat pemerintahan kerajaan luwu yang di pimpin oleh Batara Guru (Payung Luwu Pertama). dalam sejarah perkembangan kerajaan kedatuan luwu (Ware’ / Watampare), Ibukota sebagai pusat pengendalian pemerintahan Luwu sudah beberapa kali berpindah.

info sejarah celebes

Ibukota kerajaan luwu pertama kali berada di Ussu (Malili luwu timur), kemudian pindah ke wilayah Manjapai (sekarang Kolaka Utara), kemudian pindah ke Cilallang Kamanre, lalu ke Patimang dan terakhir berpindah ke Belopa.

Ketika Ibukota kerajaan luwu berada di Cilallang Kamanre, Datu Luwu membuat Petugas Kedatuan dengan gelar Sanggaria Bajo (Bate ri Laleng Pare) yang bertugas untuk mengatur keamanan lalu lintas perdagangan di Belopa dan lamunre melalui Pelabuhan Ulo-Ulo. Dan kemudian karena perkembangan Kerajaan Luwu yang saat itu semakin pesat, maka diadakanlah Reorganisasi di dalam tubuh kerajaan Kedatuan Luwu dengan membentuk tiga wilayah besar yang di pimpin oleh Anak TelluE.

Wilayah Besar yang di pimpin oleh Anak TelluE meliputi :
1. Wilayah Makkole Baebunta yang di pimpin oleh Opu Makkole Baebunta, dengan wilayah pemerintahan di Luwu Utara, Luwu Timur, sampai di Morowali Poso (Sulawesi Tengah).
2. Wilayah Maddika Bua yang di pimpin oleh Opu Maddika Bua, dengan wilayah pemerintahan di  Bua, Bastem, Tana Toraja, Kolaka Utara dan di Walenrang.
3. Wilayah Maddika Ponrang yang di pimpin oleh Opu Maddika Ponrang, dengan wilayah pemerintahan di Ponrang, Latimojong, Bupon, Bajo, Kamanre, Suli, Belopa, dan Larompong.

Belopa pada saat itu masuk di dalam wilayah Ke-Maddika-an Ponrang, di dalam momentum lainnya terdapat suatu kampung di Belopa yang bernama Kampung Senga yang juga membentuk LILI PASSIAJINGENG yaitu sebuah rumpun kekerabatan Kedatuan Luwu diluar daripada System Pemerintahan Anak TelluE.

Otomatis saat itu Belopa juga berada dalam wilayah “Lili Passiajengang”, Kampung senga saat itu di pimpin oleh Opu Arung Senga, yang merupakan rumpun seperti Daerah Istimewa saat ini. Namun tidak di ketahui secara pasti mengenai perkembangan Lili Passiajengang yang di pimpin oleh Opu Arung Senga hingga masuknya imperialis Barat menguasai Nusantara.

Pada Tahun 1905 Belanda berhasil masuk menduduki wilayah Kedatuan Luwu, meskipun saat itu terjadi perlawanan antara pihak Belanda dengan masyarakat Luwu. Sehingga beberapa waktu kemudian Belanda membentuk "Tuan Petoro Kecil" sebagai pejabat Hindia Belanda di daerah Bajo.

Wilayah pemerintahan Tuan Petoro Kecil bentukan Belanda ini kemudian di beri nama Distrik Bajo (Onder Afdeling Palopo), dimana Distrik ini kekuasaannya meliputi Kedatuan Luwu bagian selatan yang di dalamnya terdapat Belopa dan Pelabuhan Ulo-Ulo beserta daerah lainnya di bagian luwu selatan.

Karena kepentingan Penjajah Hindia Belanda di Luwu saat itu, sehingga Belopa dijadikan sebagai Daerah yang Strategis guna mendukung sentra perdagangan hasil bumi di bagian selatan Luwu. Ini di sebabkan oleh keadaan geografis Belopa dan adanya pelabuhan Ulo-ulo di dalamnya, yang dapat memperlancar perdagangan antar rakyat di sekitar wilayah tersebut.

Pada tahun 1942 Jepang kemudian masuk di tanah Luwu menggantikan Belanda, mekanisme pemerintahan di Luwu pun hampir sama dengan masa pendudukan Belanda, Namun di zaman Jepang ini masyarakat Luwu agak di berikan kebebasan dalam beraktifitas seperti bertani dan menjadi nelayan.

Pendudukan Jepang saat itu memberikan Suasana Baru bagi masyarakat Luwu khususnya yang bermukim di wilayah Bajo-Belopa, hasil bumi masyarakat Belopa semakin melimpah sehingga saat itu Belopa di juluki dengan nama “Tana Manai” atau tanah yang berkembang. Dan hingga beberapa tahun kemudian Belopa kemudian di Juluki “Pabbarasanna Tana Luwu” atau Lumbung Pangan tanah Luwu.

Dikemudian hari setelah Indonesia Merdeka, Pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-undang Darurat No.3 tahun 1957 yang isinya mengenai di hapuskannya sistem pemerintahan Swapraja dan di pisahkannya Tana Toraja dari Luwu.  Saat itu system pemerintahan Kerajaan Kedatuan Luwu telah di hapuskan dan melebur menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sehingga otomotis Raja (Datu) Luwu yang menjabat saat itu adalah Andi Djemma kemudian diangkat menjadi Bupati Luwu sekaligus sebagai Datu Luwu yang terakhir.

Baca Juga :

Dari masa ke masa wilayah Belopa kemudian mengalami perkembangan yang pesat, maka Pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Dalam Negeri yang di teruskan oleh Gubernur Sulawesi Selatan maka pada tanggal 13 Februari 2006 Kota Belopa resmi menjadi Ibukota Kabupaten Luwu di Provinsi Sulawesi Selatan sampai saat ini.

0 Response to "Sejarah Belopa Sebagai Ibukota Luwu"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel